Sabtu, Juli 19, 2008

Belajar dari Keramik

Ketika kita mendengarkan suara jiwa kita dan bersatu padu bersama untuk menemukan bagian-bagian yang cocok dan saling mendukung antar sesama. Membentuk diri sendiri untuk mewujudkan visi yang tertanam dalam diri pribadi. Orang bijak mengatakan bahwa lalukanlah sesuatu dengan banyak berikhtiar dan berdoa serta tabah dan sabarlah, Proses yang membentuk watak dan tingkah kita, perbuatan yang kita lakukan harus tetap dijalani dengan proses, dan hanya penguasa jagadlah yang berhak menentukan hasil dari proses apapun di dunia ini.
Tidakkah kita menganalisa dalam-dalam mengenai proses yang terjadi pada pembuatan sebuah keramik yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Proses yang terjadi untuk menghasilkan keramik yang bernilai tinggi dan diminati oleh orang tidaklah seperti melihat buah mangga yang tiba-tiba jatuh dari pohonnya (atau proses cepat). Tetapi, untuk menjadi sebuah kerajinan yang baik, keramik melewati berbagai proses panjang dalam pembuatannya. Dimulai dari asal keramik tersebut yang berasal dari tanah liat yang kotor. Sebagai contoh lagi bahwa, Tanah liat apabila ditanami tanaman, maka dengan spontan tanaman itu akan mati. Tetapi itulah asal dari keramik, tanah liat.
Selanjutnya, setelah diambil dari tanah liat, kemudian tanah liat itu diinjak-injak (betapa sakitnya kalau manusia diinjak-injak), tetapi dengan sabar tanah liat itu mengikhlaskan dirinya untuk diinjak-injak demi hasil yang baik. Setelah itu, tanah liat yang sudah diinjak-injak itu, kemudian dipisahkan, mana yang terbaik dan hasilnya baik itu yang akan diproses selanjutnya. Setelah itu, tanah liat itu perlahan-lahan dibentuk oleh pengrajin, yakni dengan memutar-mutarnya diatas pembuat keramik. Kira-kira seperti apa wujud manusia kalau diputar-putar teus menerus, maka akan pusinglah manusia. Tetapi dengan tetap meyakini bahwa penderitaan yang dialami oleh tanah liat ini akan terbayar, maka tanah liat tetap sabar menunggu. Setelah terbentuk keramik yang diinginkan, ternyata tidak sampai disitu penderitaan si keramik. Karena ternyata setelah itu, tanah liat yang telah berbentuk akan DIBAKAR. Disinilah tanah liat diberikan cobaan yang sangat dahsyat untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tetapi dengan kesabaran, maka tanah liat itu memproses dirinya. Setelah dibakar, barulah tanah liat bisa sedikit bersenang-senang , karena dia akan diberikan hiasan sesuai dengan keinginan pengrajin.
Setelah melalui proses yang panjang, keramik itu dipamerkan dan dipajang dipinggir jalan biar semua orang melihat dan berminat membelinya. Para pembeli keramik dengan semangat melihat dan memuji hasil karya dari pengrajin yng menghasilkan keramik yang bernilai baik. Tapi, apa yang dikatakan oleh Keramik ketika diberikan pujian oleh pembeli, "Kalian melihat aku sekarang dengan wujud yang terbaik, tidakkah kalian memperhatikan proses yang kulalui sebelum seperti ini. Aku diinjak-injak, diputar-putar, dibakar, bahkan sampai-sampai sebagian teman-temanku dipecahkan, karena tidak berhasil melewati proses ini. Ini adalah hasil yang diberikan kepadaku setelah berhasil melewati proses yang sangat panjang dan melelahkan".
Seperti itulah visi kita ke depan saat ini. Menjalani setiap proses kehidupan kita dengan berikhtiar dan berdoa, karena Tuhan yang hanya dapat berkehendak apapun terhadap makhluk-Nya. Jalani hidup ini dengan sabar, yakin, tawakkal, tawadhu dan refleksi terus diri atas yang telah tejadi dalam diri. Kehadiran teknologi saat ini, seharusnya mesti disikapi dengan pemikiran yang positif selalu. Kembangkan wawasan dalam diri kita masing-masing. Karena hidup yang abadi adalah setelah mati. Keep spirit, kembangkan kreatifitas, Ikhtiar diperkuat, dan hasil yang tentukan adalah Allah SWT.